Teori Asam – Basa
Asam dan basa (alkali) sudah dikenal sejak zaman dahulu. Hal ini dapat
dilihat dari nama mereka. Istilah asam berasal dari bahasa Latin acetum yang
berarti cuka. Unsur pokok cuka adalah asam asetat H3CCOOH. Istilah alkali
diambil dari bahasa Arab untuk abu. Juga sudah diketahui paling tidak selama
tiga abad bahwa hasil reaksi antara asam dan basa (netralisasi) adalah garam.
Teori asam basa banyak dikemukakan oleh beberapa ahli.
Teori-teori yang mencoba menerangkan sifat-sifat asam basa merupakan suatu
babak yang penting didalam sejarah ilmu kimia.Lavoisier (1777) menyatakan bahwa
semua asam selalu mengandung suatu unsur dasar yaitu oksigen (nama oksigen
diajukan oleh Lavoisier, diambil dari bahasa Yunani yang berarti “pembentuk
asam”). Davy(1810) menunjukkan bahwa asam muriatat (asam hidroklorida) hanya
mengandung hydrogen dan klor, tidak mengandung oksigen dan dengan itu
menetapkan bahwa hidrogenlah dan bukan oksigen yang menjadi unsure dasar di
dalam asam.
a.
Teori Arrhenius.
Dalam teorinya tentang penguraian (disosiasi) elektrolit, Svante Arrhenius
(1884) mengajukan bahwa elektrolit yang dilarutkan di dalam air terurai menjadi
ion-ion; elektrolit yang kuat terurai sempurna; elektrolit yang lemah hanya
terurai sebagian. Suatu jenis zat yang jika terurai menghasilkan ion hydrogen
(H+) di sebut asam, misalnya HCl.
HCl(aq) → H+(aq) + Cl-(aq)
Basa jika terurai menghasilkan ion hidroksida (OH-)
NaOH(aq) → Na+(aq) + OH-(aq)
NaOH(aq) → Na+(aq) + OH-(aq)
Teori Arrhenius juga berhasil menerangkan aktifitas katalis dari asam dalam
reaksi-reaksi tertentu. Asam yang merupakan katalis paling efektif adalah asam
yang mempunyai daya konduksi yang paling aik, yaitu asam kuat. Semakin kuat
asam, semakin tinggi konsentrasi H+ di dalam larutannya. Ion H+ merupakan
katalis yang sesungguhnya didalam sebagai basa kecuali yang menghasilkan OH-.
b.
Teori Bronsted-Lowry.
Disamping keberhasilan dan manfaatnya, teori Arrhenius mempunyai beberapa
keterbatasan. Salah satu diantaranya adalah teori ini tidak mengenal senyawa
lain sebagai basa kecuali yang menghasilkan OH-. Hal ini menjadi penyajian
ionisasi larutan amoni dengan pelarut air sebagai berikut :
NH4OH (aq) → NH+(aq) + OH-(aq)
Tetapi zat NH4OH (ammonium hidroksida) tidak pernah ada, zat tersebut tidak
dapat diisolasi dalam bentuk murni seperti natrium hidroksida (NaOH).
Selain itu, sejak zaman Arrhenius reaksi-reaksi sudah dilakukan dalam pelarut buka air seperti ammonia cair. Beberapa dari reaksi-reaksi tersebut kelihatannya mempunyai sifat-sifat reaksi asam basa. Ternyata OH- tidak ada karena tidak ada atom oksigen dalam susunan tersebut. Misalnya ammonium khlorida dan natrium amida bereaksi didalam ammonia cair, sebagai berikut :
Selain itu, sejak zaman Arrhenius reaksi-reaksi sudah dilakukan dalam pelarut buka air seperti ammonia cair. Beberapa dari reaksi-reaksi tersebut kelihatannya mempunyai sifat-sifat reaksi asam basa. Ternyata OH- tidak ada karena tidak ada atom oksigen dalam susunan tersebut. Misalnya ammonium khlorida dan natrium amida bereaksi didalam ammonia cair, sebagai berikut :
Reaksi lengkap : NH4Cl + NaNH2 → NaCl + 2 NH3
Reaksi ion : NH4+ + Cl- + Na+ + NH2-→ Na+ + Cl- + 2NH3
Reaksi ion bersih : NH4+ + NH2- → 2 NH3
Reaksi ion bersih dapat dianggap
suatu reaksi asam-basa dengan NH4+ analog dengan H+ dan NH2- dengan OH-. Reaksi
tersebut dapat dijelaskan melalui teori yang diajukan secara terpisah oleh J.N.
Bronsted di Denmark dan T.M Lowry di inggris tahun 1923. Menurut teori
Bronsted-Lowry, suatu asam adalah donor proton suatu basa adalah akseptor
(penerima) proton.(Petrucci, Ralph H.1986.Kimia Dasar Jilid 2.Halaman 260-262)
·
pH
pH atau derajat keasaman digunakan
untuk menyatakan tingkat keasaaman atau basa yang dimiliki oleh suatu zat,
larutan atau benda. pH normal memiliki nilai 7 sementara bila nilai pH > 7
menunjukkan zat tersebut memiliki sifat basa sedangkan nilai pH< 7 menunjukkan
keasaman. pH 0 menunjukkan derajat keasaman yang tinggi, dan pH 14 menunjukkan
derajat kebasaan tertinggi. Umumnya indicator sederhana yang digunakan adalah
kertas lakmus yang berubah menjadi merah bila keasamannya tinggi dan biru bila
keasamannya rendah.
Selain menggunakan kertas lakmus,
indicator asam basa dapat diukur dengan pH meter yang bekerja berdasarkan
prinsip elektrolit/konduktivitas suatu larutan. Sistem pengukuran pH mempunyai
tiga bagian yaitu elektroda pengukuran pH, elektroda referensi dan alat
pengukur impedansi tinggi. Istilah pH berasal dari "p", lambang
matematika dari negative logaritma, dan "H", lambang kimia untuk
unsur Hidrogen. Defenisi yang formal tentang pH adalah negative logaritma dari
aktivitas ion Hydrogen. pH adalah singkatan dari power of Hydrogen.
pH = -log[H+]
·
Indikator
Indikator asam-basa adalah zat
warnanya berubah bergantung pada pH larutan indicator asam-basa digunakan untuk
menentukan sifat keasaman atau kebasaan suatu larutan. Larutan asam mempunyai
pH <7, larutan netral mempunyai pH=7, dan larutan basa mempunyai pH>7.
Semua indicator asam-basa merupakan asam lemah atau basa lemah yang dapat
memperlihatkan perbedaan warna didalam larutan asam atau basa.
Trayek atau daerah perubahan warna
adalah daerah batas pH yang merupakan daerah transisi perubahan warna. Indicator
yang berbeda mempunyai traek perubahan warna yang berbeda. Sebagai
contoh, larutan lakmus akan berwarna merah pada pH <5,5 dan berwrna biru
pada Ph >8. Pada larutan dengan pH = 5,5 – 8, warna lakmus adalah antara pH
= 5,5 dan pH=8. Sebuah indicator biasanya hanya menunjukan sebuah rentang pH
tertentu dan tidak menunjukkan sebuah nilai pH yang pasti. Karenanya,
diperlukan indicator lain untuk mempersempit rentang perkiraan pH sampel yang
diuji.
Untuk
mengetahui sifat asam atau basa suatu zat tidak dapat dilakukan langsung dengan
mencicipi atau memegangnya. Mencicipi atau memegang zat secara langsung sangat
bebahaya. Contohnya asam sulfat H2SO4, yang dalam kehidupan sehari-hari
digunakan sebagai accu zuur (air aki). Bila tangan atau kulit
terkena asam sulfat, akan melepuh seperti luka bakar dan bila mata terkena asam
sulfat akan buta. Cara yang tepat untuk menentukan sifat asam atau basa suatu
zat adalah dengan menggunakan zat petunuk yang disebutindikator. Indikator
asam-basa adalah zat yang dapat berbeda warna jika berada dalam
lingkungan asam atau lingkungan basa.(Sukardjo. 2009 :179).
Indikator
asam basa biasanya dibuat dalam bentuk larutan. Dalam titrasi asam basa,
sejumlah kecil larutan indikator ditanbahkan kedalam larutan yang ditritasi
dalam bentuk lain kemudian dikeringkan. Jika kertas ini dibasahi dengan larutan
yang sedang diuji, terjadi warna yang dapat digunakan sebagai penentu pH
larutan. Kertas ini disebut kertas pH.
Indikator
asam basa umumnya digunakan jika penentuan pH yang diteliti tidak terlalu
dipikirkan.Namun pengukuran pH yang paling tepat dilakukan adalah dengan alat
ukur yang disebut pH meter. (Petrucci.1987 : 309)
Indikator
asam basa merupakan senyawa yang warnanya dalam asam maupun basa berbeda. Tidak
semua indikator berubah warnanya pada pH yang sama. Perubahan warna indikator
bergantung pada [H+] dalam larutan keasaman atau kebasaan suatu
larutan. Berikut tabel perubahan warna dengan interval pH dari berbagai
indikator.
No.
|
Indikator
|
Interval pH
|
Perubahan Warna
|
1
|
Metil Ungu
|
0,2 - 3,0
|
Kuning -Ungu
|
2
|
Timol Biru
|
1,2 -2,8
|
Merah - Kuning
|
3
|
Metil Jingga
|
3,1 - 4,4
|
Merah - Jingga -Kuning
|
4
|
Bromfenol Biru
|
3,0 - 4,6
|
Kuning -Biru - Ungu
|
5
|
Bromkresol Hijau
|
3,0 - 5,0
|
Biru - Merah
|
6
|
Kongo merah
|
3,8 - 5,4
|
Kuning - Biru
|
7
|
Metil Merah
|
4,4 - 6,2
|
Merah - Kuning
|
8
|
Brom kresol merah hijau
|
5,2 - 6,8
|
Kuning - Merah Jambu
|
9
|
Lakmus
|
4,5 - 8,5
|
Merah- Biru
|
10
|
Brontimol Biru
|
6,0 - 7,6
|
Kuning - Biru
|
11
|
Fenol merah
|
6,8 - 8,2
|
Kuning - Merah
|
12
|
Timol Biru
|
8,0 - 9,6
|
Kuning - Biru
|
13
|
Fenolftalein
|
8,3 - 10,0
|
Tak Bewarna - Merah
|
14
|
Timolftalein
|
9,3 - 10,5
|
Kuning - Biru
|
15
|
Alizarin Kuning
|
10,0 - 12,0
|
Kuning - Merah
|
16
|
Indigokarmin
|
11,4 - 13,0
|
Biru - Kuning
|
17
|
Trinitrobenzena
|
12,0 - 14,0
|
Tak Bewarna- Jingga
|
·
Pengukuran
pH Larutan dengan indikator
a. Indikator
Tunggal
Indikator
kertas lakmus merah dan kertas lakmus biru fungsinya hanya untuk membedakan
larutan yang dituju itu bersifat asam atau basa. Indikator lainnya seperti
Fenolftalein, Metil Jingga, Metil Merah, dan Brontimol Blue dapat memberikan
trayek perubahan warna indikator tersebut.
b. Indikator
Universal
Dengan
kertas indikator universal, kita dapat mengetahui pH larutan tersebut dengan
cara mencelupkan sepotong indikator universal kedalam larutan. Perubahan warna
kertas indikator tersebut dicocokkan dengan tabel warna yang mempunyai trayek
pH dari 0 sampai 14.
c. pH
Meter
pH meter
adalah suatu alat yang dapat digunakan sebagai pengukur pH larutan. pH meter
memiliki elektroda jika dicelupkan ke dalam larutan dapat mengukur ion
hidrogen. Nilai pH larutan terlihat pada skala pH meter. Pengukuran
pH larutan dengan menggunakan pH meter lebih akurat dibandingkan
dengan indikator lainnya.
(Horale,
2004 :37-39)
b.
Teori
Dasar pH
pH atau
derajat keasaman digunakan untuk menyatakan tingkat keasaaman atau basa yang
dimiliki oleh suatu zat, larutan atau benda. pH normal memiliki nilai 7
sementara bila nilai pH > 7 menunjukkan zat tersebut memiliki sifat basa
sedangkan nilai pH< 7 menunjukkan keasaman. pH 0 menunjukkan derajat
keasaman yang tinggi, dan pH 14 menunjukkan derajat kebasaan tertinggi. Umumnya
indicator sederhana yang digunakan adalah kertas lakmus yang berubah menjadi
merah bila keasamannya tinggi dan biru bila keasamannya rendah.
Pada
prinsipnya pengukuran suatu pH adalah didasarkan pada potensial elektro kimia
yang terjadi antara larutan yang terdapat didalam elektroda gelas (membrane
gelas) yang telah diketahui dengan larutan yang terdapat diluar elektroda gelas
yang tidak diketahui. Hal ini dikarenakan lapisan tipis dari gelembung kaca
akan berinteraksi dengan ion hydrogen yang ukurannya relative kecil dan aktif,
elektroda gelas tersebut akan mengukur potensial elektro kimia dari ion
hydrogen. Untuk melengkapi sirkuit elektrik dibutuhkan elektroda pembanding.
Sebagai catatan alat tersebut tidak mengukur arus tetapi hanya mengukur
tegangan.
·
Asam
Asam
(sering diwakili dengan rumus umum HA) secara umum merupakan senyawa kimia yang
bila dilarutkan dalam air akan menghasilkan larutan dengan pH lebih kecil dari
7. Dalam defenisi modern, asam adalah suatu zat yang dapat memberi proton (ion
H+) kepada zat lain (yang disebut basa), atau dapat menerima pasangan elektron
bebas dari suatu basa. Suatu asam bereaksi dengan suatu basa dalam reaksi penetralan
untuk membentuk garam. Contoh asam adalah asam asetat (ditemukan dalam cuka)
dan asam sulfat (yang digunakan dalam baterai atau aki mobil) Asam umumnya
berasa masam, walaupun demikian mencicipi rasa asam terutama asam pekat dapat
berbahaya dan tidak dianjurakan.
Secara
umum Asam memiliki sifat-sifat sebagai berikut :
Rasa
: Masam ketika dilarutkan dalam air.
Sentuhan
: Asam terasa menyengat bila disentuh, terutama asam yang kuat.
Kereaktifan : Asam
bereaksi hebat dengan kebanyakan logam, yaitu korosif terhadap logam.
·
Basa
Definisi
umum dari basa adalah senyawa kimia yang menyerap ion hydronium ketika
dilarutkan dalam air. Basa adalah lawan dari asam, yaitu ditujukan untuk
unsur/senyawa kimia yang memiliki pH lebih dari 7. Basa merupakan senyawa yang
jika dilarutkan dalam air menghasilkan ion -OH.
Secara
umum Basa memiliki sifat-sifat sebagai berikut :
Rasa
: Tidak masam bila dilarutkan dengan air.
Sentuhan
: Tidak terasa menyengat bila disentuh.
Kereaktifan : Kebanyakan tidak bereaksi
terhadap logam.
Saat titrasi asam terhadap basa, larutan
NaOH (basa) ditetesi indikator metil orange
dan berwarna kuning, setelah titrasi warnanya menjadi merah muda yang
menunjukkan larutan telah bersifat asam. Sedangkan pada titrasi basa terhadap
asam, terjadi reaksi yang sebaliknya. Saat titrasi menggunakan indikator phenolptalain (PP) yang ditetesi pada
HCl, tdk ada perubahan warna yang terjadi (tetap bening). Setelah dititrasi
dengan larutan Na₂CO₃, larutan berubah warna menjadi merah
muda.
Penentuan konsentrasi melalui titrasi,
banyak digunakan dalam berbagai industri, contohnya penentuan kadar vitamin C
dalm tablet vitamin C, penentuan kadar asam dalam asam cuka, dan penentuan asam
oksalat menggunakan permanganate. Hal
ini dikarenakan, melalui penghitungan konsentrasi dapat menghasilkan campuran
dengan jumlah konsentrasi yang tepat dan tidak berlebih.
II.1. Teori
Dasar pH
pH atau derajat keasaman digunakan untuk menyatakan tingkat keasaaman
atau basa yang dimiliki oleh suatu zat, larutan atau benda. pH normal memiliki
nilai 7 sementara bila nilai pH > 7 menunjukkan zat tersebut memiliki sifat
basa sedangkan nilai pH< 7 menunjukkan keasaman. pH 0 menunjukkan derajat
keasaman yang tinggi, dan pH 14 menunjukkan derajat kebasaan tertinggi. Umumnya
indicator sederhana yang digunakan adalah kertas lakmus yang berubah menjadi
merah bila keasamannya tinggi dan biru bila keasamannya rendah.
Selain menggunakan kertas lakmus,
indicator asam basa dapat diukur dengan pH meter yang bekerja berdasarkan
prinsip elektrolit/konduktivitas suatu larutan. Sistem pengukuran pH mempunyai
tiga bagian yaitu elektroda pengukuran pH, elektroda referensi dan alat
pengukur impedansi tinggi. Istilah pH berasal dari "p", lambang
matematika dari negative logaritma, dan "H", lambang kimia untuk
unsur Hidrogen. Defenisi yang formal tentang pH adalah negative logaritma dari
aktivitas ion Hydrogen. pH adalah singkatan dari power of Hydrogen.
pH =
-log[H+]
Alat untuk mengukur pH
Alat untuk mengukur pH
Alat pengukur pH dinamakan pHmeter.
contoh pH meter yaitu :
contoh pH meter yaitu :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar